sumber : wikipedia.org
Sejarah dunia adalah sejarah umat manusia di seluruh dunia, di semua daerah di Bumi, dirunut dari era Paleolitikum (zaman batu tua). Berbeda dengan sejarah Bumi (yang mencakup sejarah geologis Bumi dan era sebelum keberadaan manusia), sejarah dunia terdiri dari kajian rekam arkeologi dan catatan tertulis, dari zaman kuno hingga saat ini. Pencatatan sejarah dimulai sejak aksara dan sistem tulisan diciptakan, tetapi asal mula peradaban bertolak dari periode sebelum penciptaan tulisan, atau zaman prasejarah.[1][2] Prasejarah dimulai dari Paleolitikum (zaman batu tua), diikuti dengan Neolitikum (zaman batu muda) dan Revolusi Pertanian (antara 8000–5000 SM) di kawasan Hilal Subur. Revolusi tersebut merupakan titik perubahan besar dalam sejarah umat manusia karena sejak masa itu mereka telah mampu membudidayakan tumbuhan dan hewan.[3] Seiring dengan perkembangan pertanian, gaya hidup nomad berubah menjadi gaya hidup menetap sebagai petani.[a] Kemajuan pertanian mengakibatkan pembagian strata pekerja dalam usaha panen. Strata pekerja menyebabkan munculnya strata masyarakat dan perkembangan kota-kota. Banyak kota kuno berkembang di tepi-tepi kumpulan air (danau dan sungai) yang dapat menyokong kehidupan. Pada masa 3000 tahun sebelum Masehi, telah muncul peradaban di lembah Mesopotamia (dataran di antara sungai Tigris dan Efrat) di Timur Tengah,[5] di tepi Sungai Nil, Mesir,[6][7][8] dan di lembah Sungai Indus.[9][10][11] Selain itu, peradaban juga muncul di lembah Sungai Kuning. Di tempat-tempat perkembangan peradaban kuno, pertumbuhan masyarakat yang semakin kompleks menyebabkan penciptaan aksara untuk mempermudah usaha administrasi dan niaga.[12]
Sejarah Dunia Lama (khususnya Eropa dan Mediterania) umumnya terbagi menjadi Abad Kuno, yang terhitung dari zaman sebelum 476 Masehi; Abad Pertengahan,[13][14] dari abad ke-5 hingga abad ke-15, meliputi Zaman Kejayaan Islam (sekitar 750 M hingga sekitar 1258 M) dan Zaman Renaisans Eropa Awal (bermula sekitar 1300 M);[15][16] Abad Modern Awal,[17] dari abad ke-15 sampai akhir abad ke-18, mencakup Abad Pencerahan; dan Abad Modern Akhir, dari masa Revolusi Industri hingga sekarang, termasuk sejarah kontemporer. Dalam sejarah Eropa Barat, "Kejatuhan Roma" tahun 476 M umumnya dipandang sebagai penanda akhir Zaman Kuno dan permulaan Abad Pertengahan. Sebaliknya, di Eropa Timur terjadi transisi dari Kekaisaran Romawi menjadi Kekaisaran Bizantium, yang tidak runtuh sampai berabad-abad kemudian. Pada pertengahan abad ke-15, teknik cetak modern yang ditemukan Johannes Gutenberg merevolusi metode komunikasi,[18] dan berperan dalam mengakhiri Abad Pertengahan serta menjadi perintis dalam Revolusi Ilmiah.[19] Pada abad ke-18, akumulasi pengetahuan dan teknologi—khususnya di Eropa—telah mencapai massa genting yang menuju kepada Revolusi Industri.[20]
Di tempat lain, meliputi Timur Dekat Kuno,[21][22] Tiongkok Kuno,[23] dan India Kuno, terjadi rentang sejarah berbeda-beda. Pada abad ke-18, karena perdagangan internasional dan kolonisasi yang ekstensif, sejarah berbagai peradaban menjadi terjalin secara signifikan (lihat: globalisasi). Dalam waktu sekitar seperempat milenium, angka pertumbuhan jumlah penduduk, pengetahuan, teknologi, perekonomian, tingkat kerugian senjata, dan kerusakan lingkungan meningkat drastis, mendatangkan risiko bagi kelayakhunian Bumi.[24][25]
Manusia Purba
Hasil perhitungan jam molekuler mengindikasikan bahwa garis silsilah hominid yang mengarah pada Homo sapiens bercabang dengan garis keturunan yang mengarah pada simpanse (kerabat terdekat manusia modern yang masih hidup) sekitar lima juta tahun yang lalu.[26] Menurut para ahli, genus Australopithecine, yang kemungkinan besar merupakan kera pertama yang berjalan tegak, berangsur-angsur menurunkan genus Homo. Salah satu spesiesnya, Homo erectus (1,9 juta–10.000 tahun lalu) mampu menggunakan peralatan kayu dan batu sederhana selama ribuan tahun, dan seiring waktu, peralatan yang dipakai terus diperbagus dan lebih kompleks. Bukti bahwa pemanfaatan api oleh H. erectus sudah dimulai sejak 400.000 tahun lalu banyak didukung oleh para ilmuwan, sementara klaim yang menyatakan jauh sebelum itu kurang diterima karena kurang meyakinkan dan tidak lengkap.[27] Sejak sekitar 125.000 tahun yang lalu dan seterusnya, pemanfaatan api untuk menghangatkan tubuh dan berburu menyebar ke penjuru dunia.[28]
Pada rentang Paleolitik (2,6 juta–10.000 tahun lalu), Homo heidelbergensis—keturunan H. erectus—menyebar di Afrika dan Eropa 600.000 tahun lalu, dan menjadi leluhur bagi manusia Neanderthal dan manusia modern. Pada Paleolitik Madya (300.000–30.000 tahun lalu), manusia modern anatomis (Homo sapiens) muncul di benua Afrika sekitar 200.000 tahun yang lalu.[29] Mereka mengembangkan bahasa dan repertoar konseptual untuk pemakaman sistematis bagi kerabat yang meninggal dan penghiasan diri bagi yang masih hidup.[30] Selama periode ini, umat manusia bekerja sebagai pemburu-pengumpul makanan. Kehidupan dengan harapan akan keberhasilan dalam perburuan juga melahirkan kepercayaan, atau religi purba.[31] Ekspresi artistik awal dapat ditemukan dalam bentuk lukisan gua dan ukiran yang dibuat dari kayu atau batu. Umumnya manusia purba menggambarkan hewan buruannya atau aktivitas perburuannya. Selain itu, pada umumnya mereka hidup nomadis, kerap berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain tergantung jumlah hewan buruan di tempat tinggal mereka. Mereka mencapai Timur Dekat sekitar 125.000 tahun yang lalu.[32] Dari Timur Dekat, populasi mereka menyebar ke timur menuju Asia Selatan sekitar 50.000 tahun yang lalu, dan menuju Australia sekitar 40.000 tahun yang lalu,[33] dan untuk yang pertama kalinya, H. sapiens mencapai teritori yang belum pernah dicapai H. erectus sebelumnya.
H. sapiens menyebar secara cepat dari Afrika menuju kawasan bebas es di Eropa dan Asia sekitar 60.000 tahun yang lalu. Mereka mencapai pemutakhiran perangai sekitar 50.000 tahun yang lalu.[29] Mereka mencapai Eropa sekitar 43.000 tahun yang lalu,[34] dan akhirnya mereka menggantikan populasi Neanderthal yang lebih dahulu menduduki kawasan tersebut. Pada masa itu terjadi periode glasial akhir, ketika suhu kawasan di belahan utara Bumi sangat tidak layak huni. Akhirnya umat manusia menghuni hampir dari seluruh bagian bebas es di muka Bumi sampai akhir glasial, sekitar 12.000 tahun yang lalu. Asia Timur dicapai sekitar 30.000 tahun lalu. Perkiraan waktu migrasi ke Amerika Utara masih diperdebatkan; kemungkinan terjadi sekitar 30.000 tahun lalu, atau mungkin pada masa berikutnya, sekitar 14.000 tahun lalu. Kolonisasi Polinesia di samudra Pasifik bermula sekitar 1300 SM, dan berakhir sekitar 900 M. Leluhur bangsa Polinesia meninggalkan Taiwan sekitar 5000 tahun lalu.
Kemunculan peradaban
Data arkeologis mengindikasikan bahwa domestikasi sejumlah hewan dan pembudidayaan tanaman berkembang di beberapa tempat di seluruh dunia, dimulai sejak periode Holosen[35] (sekitar 12.000–11.500 tahun lalu sampai kini).[36] Di Timur Tengah, pertanian berkembang di kawasan Hilal Subur sejak sekitar 10.000–9000 SM; di Eropa, ada bukti pembudidayaan gandum, domba, kambing, dan babi yang mengindikasikan kegiatan produksi pangan di Yunani dan Aegea sekitar 7000 SM[37]; di Tiongkok, budi daya jawawut dimulai sejak 8000 SM;[38] di Amerika, labu dibudidayakan sejak 10.000–8000 SM, sedangkan jagung sejak 7500 SM.[39][40] Transisi dari gaya hidup berburu ke pertanian dalam periode tersebut dikenal sebagai Revolusi Neolitik. Pertanian cocok untuk populasi yang sangat padat, dan dalam pengelolaannya terciptalah strata pekerja karena tidak seluruh populasi terjun langsung dalam pertanian.[41] Pada akhirnya, proses panen dan strata pekerja terorganisasi menjadi suatu wilayah berdaulat.[41] Pertanian juga menghasilkan surplus makanan yang mampu menyokong kehidupan orang-orang yang tidak terlibat langsung pada produksi bahan pangan.[42][43]
Perkembangan pertanian menghantarkan manusia pada pendirian kota-kota pertama di dunia. Kawasan tersebut merupakan pusat perdagangan, pabrik, dan kekuatan politik yang hampir tidak menghasilkan pangan dengan sumber daya sendiri. Kota menciptakan simbiosis dengan desa di sekelilingnya. Kota menerima produk pangan dari desa, dan sebagai gantinya kota menyediakan produk pabrik serta perlindungan dan kendali militer yang berstrata.[44]
Perkembangan kota-kota berarti kemunculan peradaban.[b] Peradaban awal muncul pertama kali di Mesopotamia Hulu (3500 SM),[45] diikuti dengan peradaban Mesir di sepanjang sungai Nil (3300 SM)[8] dan peradaban Harappa di lembah sungai Indus (di masa kini merupakan wilayah Pakistan; 3300 SM).[46][47] Masyarakat tersebut mengembangkan sejumlah karakteristik yang sama, misalnya pemerintahan pusat, struktur sosial dan perekonomian yang kompleks, sistem tulisan dan bahasa yang canggih, dan agama serta budaya yang khas. Aksara merupakan perkembangan penting lainnya dalam perkembangan sejarah manusia, karena mendukung administrasi kota-kota dan membuat pengungkapan gagasan menjadi lebih mudah.
Maulid peradaban
Zaman Perunggu adalah bagian dari sistem tiga zaman (Zaman Batu, Zaman Perunggu, Zaman Besi) yang memberi deskripsi sejarah peradaban kuno secara efektif bagi beberapa kawasan dunia. Selama era tersebut—di kawasan-kawasan yang paling subur—berdirilah negara kota dan peradaban awal mulai berkembang di beberapa bagian dunia. Peradaban-perdaban tersebut terpusat pada lembah sungai yang subur: sungai Tigris dan Efrat di Mesopotamia, sungai Nil di Mesir, sungai Indus di Asia Selatan, dan Yangtze serta sungai Kuning di Tiongkok. Peradaban yang berada di kawasan sungai merupakan peradaban kuat pada masa itu karena air diperlukan untuk membangun suatu masyarakat agraris. Transportasi juga difasilitasi dengan jalur air, baik melalui sungai atau laut.
Mesopotamia merupakan region di kawasan Hilal Subur, tempat berdirinya beberapa negara kota pada zaman kuno. Pertemuan sungai Tigris dan Efrat di kawasan tersebut menciptakan tanah yang subur dan persediaan air untuk irigasi. Peradaban-peradaban yang muncul di sekitar sungai tersebut merupakan peradaban non-nomadis terkuno yang diketahui sejauh ini. Oleh karena kebudayaan Sumeria, Akkadia, Asiria, dan Babilonia muncul di daerah tersebut, maka teori yang menyatakan Mesopotamia sebagai maulid peradaban diakui oleh banyak ilmuwan.[48]
Sumeria, salah satu peradaban yang berkembang di kawasan Mesopotamia adalah peradaban kompleks pertama yang diketahui sejauh ini, berkembang dari beberapa negara kota pada milenium ke-4 sebelum Masehi. Dalam peradaban inilah tercipta bata, roda, bajak, dan gerabah untuk pertama kalinya dalam sejarah. Peradaban Sumeria muncul selama periode Ubaid (6500–3800 SM) dan Uruk (4000–3100 SM). Eridu merupakan situs Sumeria tertua, dihuni selama awal periode Ubaid. Terletak beberapa mil di sebelah barat daya Ur, Eridu merupakan tempat perpaduan antara kota kuil di Sumeria (Mesopotamia bagian selatan) dengan permukiman kuno di wilayah tersebut yang telah ada sejak sekitar 5000 SM. Bangsa Sumeria bercocok tanam di kawasan sungai Tigris dan Efrat. Surplus pangan memicu pembagian kerja. Hal ini disebabkan karena tidak semua orang terjun ke bidang pertanian. Akhirnya, terciptalah strata dalam masyarakat, sehingga terbentuklah piramida sosial. Pada bangsa Sumeria, raja, pendeta, dan pejabat pemerintahan berada pada puncak piramida. Di bawah mereka terdapat pegawai, pedagang, petani, dan nelayan. Dasar piramida merupakan tempat bagi para budak. Budak biasanya merupakan bekas tahanan, narapidana, atau orang yang terlilit hutang.
Di kawasan Mesopotamia, bentuk tulisan terawal, yaitu huruf paku (kuneiform), muncul sekitar 3000 SM. Kuneiform berawal dari sebuah sistem piktograf. Gambar-gambar representasi tersebut berangsur-angsur menjadi lebih sederhana dan abstrak. Kuneiform ditulis pada sabak tanah liat, dan hurufnya digambar dengan buluh yang berfungsi sebagai stilus. Dengan dibuatnya tulisan, administrasi suatu negara besar menjadi lebih mudah. Bagi bangsa Sumeria, hanya anak orang kaya dan bangsawan saja yang berhak mendapatkan pendidikan baca-tulis. Mereka belajar di tempat yang disebut edubba. Hanya anak lelaki yang belajar di edubba saja yang berhak menjabat sebagai kerani atau juru tulis. Budaya menulis telah menyumbangkan catatan sejarah akan keberadaan peradaban ini. Salah satu karya tulis tertua di dunia, yaitu wiracarita Gilgamesh, berasal dari peradaban ini.
Pada abad ke-24 SM, Kekaisaran Akkadia berdiri di Mesopotamia.[49] Beberapa abad berikutnya, awal kerajaan Asiria berdiri, disusul dengan Babilonia.
Sungai Nil
Daerah aliran sungai Nil di Afrika Utara merupakan tempat perkembangan peradaban Mesir Kuno. Sekitar 6000 SM, masyarakat Pra-Kerajaan Mesir (sebelum sistem monarki didirikan di Mesir) sudah mampu bercocok tanam dan menggembalakan ternak. Usaha komunikasi visual awal dapat teramati dari simbol-simbol yang terdapat pada gerabah dari Gerzeh, sekitar 4000 SM, yang menyerupai aksara hieroglif Mesir Kuno. Mortar mulai digunakan sejak 4000 SM, dan tembikar glasir bening mulai diproduksi sejak 3500 SM. Rumah sakit atau pusat pelayanan medis didirikan sekurang-kurangnya sejak 3000 SM.
Bukti arkeologis mengindikasikan keberadaan manusia di kawasan barat daya Mesir, dekat perbatasan Sudan, sekitar 8000 SM. Sejak sekitar 7000–3000 SM, iklim Sahara lebih lembab daripada kini, sehingga memungkinkan kegiatan bercocok tanam di tanah yang kini telah gersang. Perubahan iklim setelah 3000 SM menyebabkan proses kegersangan secara berangsur di kawasan tersebut. Sebagai dampak dari perubahan tersebut, suku-suku kuno penghuni Sahara terdesak untuk pindah ke daerah sekitar sungi Nil sekitar 2500 SM. Di sana mereka mengembangkan ekonomi agraris serta sistem masyarakat yang lebih kompleks. Suku yang sudah sejak lama mendiami pinggiran sungai Nil juga telah mengembangkan masyarakat mereka secara mandiri. Hewan ternak sudah diimpor dari Asia antara 7500 SM sampai 4000 SM.
Bangsa Mesir Kuno dikenal karena sejumlah prestasi dan penemuan dalam sejarahnya, di antaranya pembangunan piramida kolosal mereka, ilmu bedah kuno, ilmu matematika, dan transportasi dengan perahu. Kebangkitan dinasti-dinasti Mesir dimulai setelah bersatunya Mesir Hulu dan Hilir sekitar 3200 SM, dan berakhir sekitar tahun 340 SM, saat dimulainya kuasa Dinasti Akhemeniyah atas wilayah Mesir. Kerajaan Mesir dipimpin oleh penguasa monarki bergelar firaun. Pada puncak kejayaannya, kerajaannya terbentang dari delta sungai Nil hingga gunung Jebel Barkal di Sudan.
Masyarakat Mesir Kuno bergantung pada keseimbangan sumber daya alam dan manusia, terutama irigasi sungai Nil yang membantu pertanian mereka. Bangsa ini dikenal sebagai pengguna tulisan hieroglif, pembangun piramida, kuil, dan pemakaman bawah tanah, serta pengguna kereta perang sebagai pendukung kekuatan militernya. Ada perbedaan besar pada kelas dalam masyarakatnya. Sebagian besar anggota masyarakatnya merupakan petani namun mereka tidak berhak atas hasil pertanian yang mereka usahakan. Hasil pertanian merupakan milik negara, kuil, atau keluarga bangsawan yang memiliki lahan pertanian. Perbudakan juga ada, namun aplikasinya pada masyarakat Mesir Kuno masih belum jelas.[50]
Lembah Sungai Indus
Peradaban Lembah Sungai Indus atau Peradaban Harappa terjadi sekitar 3300 SM, dan tahap-tahap permulaannya terjadi pada masa sebelum 4000 SM. Peradaban tersebut berpusat pada kawasan sekitar sungai Indus (sebagian besar merupakan wilayah Pakistan, dan sebagian kecil merupakan wilayah Afganistan, Iran, dan India), terbentang ke timur sampai lembah sungai Ghaggar-Hakra[51] dan hulunya mencapai doab Gangga-Yamuna;[52][53] peradaban tersebut terbentang ke barat sampai pesisir Makran di Balochistan, ke utara sampai Afghanistan Tenggara dan ke selatan sampai Daimabad di Maharashtra. Perkembangan peradaban tersebut terbagi dalam beberapa tahap dan menandai pembangunan kota-kota di anak benua India.[54] Di kawasan peradaban itulah kegiatan pertanian pertama di Asia Selatan terjadi. Gandum, jelai, dan jujuba dibudidayakan sekitar 9000 SM; budi daya domba dan kambing menyusul kemudian.[55] Budidaya jelai dan gandum—juga usaha peternakan, terutama domba dan kambing—berkembang di Mehrgarh sekitar 8000–6000 SM.[56][57] Pada periode tersebut juga terjadi domestikasi gajah.[55] Sekitar milenium ke-5 SM, masyarakat agraris tersebar di kawasan Kashmir.[57] Di situs pemakaman dari zaman peradaban ini ditemukan barang-barang yang sudah bisa diproduksi pada masa tersebut, yaitu: keranjang, peralatan dari batu dan tulang, kalung, rantai, dan anting-anting. Pernak-pernik dan ornamen kulit kerang, batu kapur, batu pirus, lapis lazuli, batu pasir, dan tembaga juga ditemukan.
Dalam peradaban ini, beberapa kota besar berkembang, di antaranya: Harappa (3300 SM), Dholavira (2900 SM), Mohenjo-Daro (2500 SM), Lothal (2400 SM), dan Rakhigarhi, serta lebih dari 1000 kota kecil dan desa. Perkotaan pada masa peradaban tersebut dikenal dengan arsitekturnya yang dibangun dari bata, memiliki sistem drainase pinggir jalan, dan perumahan bertingkat. Kota-kota besar tersebut luasnya sekitar satu mil, dan jarak yang jauh antara satu kota dengan kota lainnya kemungkinan besar merupakan tanda sentralisasi politik, baik dalam bentuk dua negara kota, atau imperium tunggal dengan ibukota alternatif, atau mungkin Harappa menggantikan Mohenjo-Daro, yang diketahui pernah hancur akibat banjir bandang tidak hanya sekali.[58] Peradaban lembah sungai indus juga dikenal akan penggunaan pecahan desimal pada sistem pengukuran kuno.[59][60]
Pada akhir milenium ke-1 SM, perkembangan peradaban lembah sungai Indus memasuki periode Weda, menurut estimasi masa penyusunan Regweda (sekitar 1700 SM hingga 1100 SM), kumpulan himne keagamaan yang menjadi fondasi bagi agama Hindu dan aspek kultural lainnya pada masyarakat India awal. Rentang waktu periode ini tidak diketahui dengan pasti, dan masa berakhirnya diperkirakan sekitar abad ke-6 SM. Pada periode tersebut sudah ada religi yang menjadi perintis bagi agama Hindu seperti yang dikenal pada masa kini.[61]
Lembah Sungai Kuning
Kebudayaan awal Tiongkok bermula tidak jauh dari kawasan sungai Kuning (serta sungai Yangtze) karena di sekitar kawasan tersebut banyak ditemukan peninggalan prasejarah Tiongkok. Kebudayaan Neolitik tertua yang ditemukan di Tiongkok di antaranya Pengtoushan (sungai Yangtze) dan Peiligang (sungai Kuning); semuanya bermula sejak sekitar 7000 SM atau sebelum itu. Masa Kebudayaan Pengtoushan sulit dipastikan dan hasil perhitungan bervariasi antara 9000 SM sampai 5500 SM; di situs kebudayaan tersebut ditemukan sisa-sisa beras yang berasal dari masa 7000 SM. Di situs purbakala Jiahu ditemukan beberapa bukti pembudidayaan padi. Penemuan penting lainnya di Jiahu adalah seruling kuno, berasal dari masa 7000 SM sampai 6600 SM. Peiligang merupakan salah satu kebudayaan tertua di Tiongkok yang memproduksi gerabah. Baik Pengtoushan maupun Peiligang mengembangkan budi daya jawawut, peternakan, penyimpanan dan distribusi pangan. Bukti arkeologis juga mengindikasikan keberadaan pengrajin dan pegawai pada masa kebudayaan Neolitik tersebut.
Piktograf yang diduga sebagai perintis sistem tulisan bahasa Tionghoa berasal dari masa yang setua kegiatan pertanian dan peternakan di Tiongkok. Di Jiahu ditemukan sejumlah piktograf yang dikenal sebagai simbol Jiahu. Piktograf tersebut tidak dianggap sebagai sistem tulisan seutuhnya, melainkan simbol-simbol yang mengawali penciptaan sistem tulisan.[62] Di Damaidi, Ningxia, terdapat ribuan ukiran pada tebing yang berasal dari masa 6000–5000 SM, menampilkan 8000-an piktograf menyerupai matahari, bulan, bintang, dewa-dewi, dan adegan perburuan dan peternakan. Piktograf tersebut mirip dengan huruf Tionghoa Kuno yang diketahui selama ini.[63][64]
Masa kebudayaan Peiligang tergantikan oleh masa kebudayaan Yangshao (sekitar 5000–3000 SM). Pengaruh kebudayaan tersebut meliputi kawasan Tiongkok Utara. Kebudayaan tersebut tergantikan oleh kebudayaan Longshan sekitar 2500 SM. Pada situs arkeologis seperti Sanxingdui dan Erlitou, terdapat bukti peradaban Zaman Perunggu di Tiongkok. Pisau perunggu dalam bentuk terkuno dari masa 3000 SM ditemukan di situs Majiayao di provinsi Gansu dan Qinhai.
Menurut catatan sejarah Tiongkok, Sungai Kuning digunakan sebagai irigasi sekitar 2200 SM oleh Yu yang Agung, perintis Dinasti Xia yang semi-mitologis. Dinasti Xia (sekitar 2100 SM hingga 1600 SM) adalah dinasti pertama yang disebutkan dalam catatan sejarah Tiongkok, di antaranya Catatan Sejarah Agung oleh Sima Qian dan Sejarah Bambu.[65][66] Meskipun ada perdebatan mengenai eksistensi dinasti tersebut, ada beberapa bukti arkeologis yang mengacu pada keberadaannya. Sima Qian menyatakan bahwa dinasti tersebut didirikan sekitar 2200 SM, namun tanggal tersebut tidak cukup meyakinkan. Kini banyak arkeolog yang menghubungkan keberadaan Dinasti Xia dengan penggalian di provinsi Henan,[67] tempat penemuan perabot perunggu dari masa 2000 SM.
Dinasti historis pertama yang diakui keberadaanya adalah Dinasti Shang, berdiri sekitar 1500 SM. Bukti arkeologis mengenai keberadaan Dinasti Shang berupa artefak perunggu dan tulang orakel, yaitu cangkang kura-kura atau tulang lemusir sapi yang ditulisi simbol-simbol aksara Tiongkok Kuno, ditemukan di lembah Huang He di Yin, ibukota Dinasti Shang. Cangkang kura-kura peninggalan Dinasti Shang berasal dari masa 1500 SM, dihitung menurut teknik penanggalan radiokarbon. Dinasti Shang digantikan oleh Dinasti Zhou, sekitar abad ke-11 SM. Masa akhir Dinasti Zhou merupakan masa kelahiran dua filsuf masyhur Tiongkok, yaitu Kong Hu Cu (pendiri Konfusianisme), dan Laozi (pendiri Taoisme).[68]
sumber :https://id.wikipedia.org